Sejak debutnya di tahun 1998 dengan single pertamanya "poker face", sampai saat ini ia telah menjual lebih dari 50 juta kopi album dan single hanya di Jepang saja, belum terhitung di banyak negara lainnya. Ia telah merilis 10 album studio, 47 single, satu mini album, 5 album kompilasi dalam naungan perusahaan rekaman Avex Trax yang telah menghasilkan banyak hits serta menduduki puncak - puncak tangga lagu di Jepang. Ia adalah artis solo dan artis wanita tersukses sekaligus artis kedua tersukses dalam sejarah industri musik Jepang sampai saat ini. Dengan single ke-40nya, "Blue Bird", ia telah memecahkan rekor melampaui angka penjualan single yang mencapai 20 juta kopi.
Ayumi juga telah mendapat penghargaan Grand Prix Japan Record Taishou, semacam Grammy Award Jepang 3 kali berturut-turut. Tapi pada tahun 2004 ia menolak penghargaan untuk singlenya "INSPIRE", dikarenakan adanya konflik dalam Avex antara Max Matsuura dengan Tatsumi Yoda. Setelah itu Ayu juga kerap kali menolak penghargaan yang ditujukan untuk dirinya dikarenakan Ayu ingin memberikan kesempatan bagi penyanyi-penyanyi muda lainnya.
Tahun 2007 Ayu mengeluarkan album kompilasi A BEST 2 dalam 2 versi yaitu BLACK dan WHITE. penjualan kedua album di minggu pertama menembus angka 945.000 kopi, dan dengan keluarnya album A BEST 2 ini, Ayumi menjadi artis kedua yang memecahkan rekor penjualan 2 album yang dikeluarkan bersama dan menduduki urutan 1 & 2 setelah 37 tahun tidak ada yang mampu membuat rekor tersebut
KONSISTENSI Ayumi Hamasaki dalam mengubah penampilan menjadi salah satu faktor yang membuatnya terkenal hingga ke seluruh Asia. Gayanya pun dijadikan patokan tren busana oleh para pengamat. Dengan penampilan uniknya, Ayu pun laris manis sebagai bintang iklan. Soal penampilan unik milik Ayumi itu, seperti dia bisa membuat seirama antara warna gaun yang dikenakannya dan kutikula jari tangannya. Mendapati keseriusannya yang sangat tinggi tentang penampilan, sampai beredar rumor di kalangan fans, dia pernah terkena infeksi mata karena terlalu “mengutak-atik” matanya.
Album I Am, rilis 2002, menjadi pembuktian Ayumi atas pentingnya imej penampilan dalam industri musik. Album telah siap baik materi lagu maupun konsep sampulnya sejak awal 2001. Namun, peristiwa 9/11 mengubah pikirannya. Dia bahkan urung menggunakan konsep sampul album yang telah lama direncanakan. Ayumi lebih memilih untuk dipotret menyerupai satu “mahakarya perdamaian”.
“Pada mulanya, ideku sama sekali berbeda. Kami telah memesan tempat, memastikan tentang urusan rambut, makeup, dan lain-lainnya,” kata Ayu.
“Tapi, setelah insiden itu, sesuatu yang sangat tipikal diriku, aku langsung berubah pikiran. Aku tahu bukan saatnya untuk tampil terlalu mencolok, membuat lebih rumit penyediaan set dan kostum. Terdengar aneh karena keluar dari mulutku, tapi aku sadar apa yang aku katakan dan bagaimana aku terlihat akan memiliki dampak yang besar,” lanjutnya.
Kalau merunut ke belakang, Ayumi yang kini seorang trendsetter justru memiliki pengalaman pahit di bidang modeling. Pada usia 14 tahun, perempuan kelahiran Fukuoka, 2 Oktober 1978 ini bergabung ke agensi model SOS. Tidak bertahan lama, karena Ayumi dianggap terlalu pendek untuk menjadi seorang model.
Setelah itu, Ayumi dioper ke agensi musik dan dibuatkan album rap Nothing from Nothing. Seperti judulnya yang terdengar ironis, album itu hanya menjadi produk yang gagal. Ayumi pun dipecat dari label. Tidak putus asa, selanjutnya Ayu menjajal akting. Film drama kelas B Ladys Ladys!! Soucho Saigo no Hi dan sebuah dorama Miseinen dilakoninya. Gagal lagi, dan pukulan kali ini membuatnya menyerah.
Kembali ke bangku sekolah di sebuah sekolah tinggi seni, tidak juga memberi kejelasan bagi Ayu. Dia malah dikeluarkan di tahun pertama, karena pengidola Madonna ini sering membolos. Bukan karena bekerja, melainkan berbelanja di butik-butik Shibuya dan menari di Velfarre, serta nongkrong di kelab disko milik Avex. Namun, di tempat itulah masa depan Ayu mulai tergambar. Pemilik tinggi badan 153 cm ini berkenalan dengan produser Max Matsuura lewat seorang teman. Ayu langsung mendapat tawaran rekaman setelah Matsuura mendengar nyanyian karaokenya.
Tidak lama setelah kesepakatan terjalin, Matsuura menawarkan Ayu untuk belajar menyanyi secara lebih serius dan bermetode di New York.
Selama di New York, salah satu hobinya adalah mengirim surat. Berbekal itu, Matsuura memberi tantangan baru kepada Ayu agar dia mulai belajar menulis lirik. “Dia membaca semuanya dan berkata, ‘Mengapa tidak kamu coba menulis lagu?”
Ditantang menulis, gaya Ayumi terbilang langka. Untuk ukuran penyanyi pop belia di Jepang yang rata-rata tipe bubble gum -- ceria, suka-suka, dan lucu menggemaskan -- Ayumi menjadi terlalu serius untuk usianya ketika itu. Lirik yang ditulisnya bertema tentang kesepian dan kesendirian dengan balutan musik pop rock yang bernuansa suram.
Namun, dari survei yang dilakukan Oricon, para responden memilih lirik yang dibuat Ayumi sebagai terfavorit. Steve McClure dari The Japan Times menyebut, Ayumi telah membangun reputasi sebagai penulis yang mengajak berpikir, lirik yang membangun kesadaran. Walau sempat juga Ayumi merasakan titik jenuh “terlalu produktif menulis”. Efek negatif ketenaran dan kerja keras berlebih. Di luar itu, dia merasa label memperlakukannya sebagai sebuah produk industri.
“Ya, memang seperti itulah aku ditampilkan, sebagai sebuah produk,” kata Ayumi. “Aku adalah produk.” Avex selaku label, mendapat keuntungan dan kekuatan pasar yang luar biasa hanya dengan memiliki Ayumi. Fakta menyebutkan Ayumi sebagai satu-satunya penyanyi di Jepang yang menduduki posisi puncak setiap tahunnya secara kontinu selama 11 tahun. Hingga sempat muncul olok-olok, Ayu sama dengan Avex. Kalau Ayu pergi, Avex bubar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar